Komentar terhadap tulisan
Ketika Aceh Menjadi Objek (Bukan Subjek) Rekontruksi
Kekhawatiran terhadap melemahnya prinsip-prinsip dasar civil society di tengah masyarakat Aceh sangat beralasan. Dalam hal ini tertentu, analisa saudara cukup cermat. Namun saya sedikit ragu, nilai-nilai dasar masyarakat Aceh yang tekenal kritis, tidak mudah menyerah, teguh pada prinsip dan harkat martabatnya, akan hilang dengan banyaknya yang pindah tugas dari local civil society organization (Local CSO) atau lebih tepatnya dari Lokal NGO ke internasional NGO. Tidak bisa dibantah, tentu ada beberapa effek samping dari pehenomena ini, namun banyak orang melihat, efek positipnya jauh lebih banyak, dari sekadar pindah tempat kerja, termasuk effek positif terhadap civil society yang menjadi concern kita semua.
Phenomena pindah tugas ketempat yang lebih baik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Itu tidak hanya terjadi di Aceh, namun , itu terjadi di hampir disemua belahan dunia. Sebagai contoh ektrem, diperkirakan enam dari sepuluh mahasiswa kedokteran di beberapa universitas di Africa, setelah menjadi dokter, mereka tidak bekerja di negaranya, namun memilih bekerja di United Kingdom atau negara Europa dan hampir semuanya memilih tetap tinggal di negara tersebut. Kondisi di Aceh sekarang ini, menurut saya tidak separah itu. Proses rehabilitasi dan rekontruksi hanya untuk 5 atau 7 tahun. Setelah itu kehidupan akan normal kembali.
Banyak orang percaya, sekecil apapun peran yang dimainkan atau atau sesingkat apapun sesesorang terpapar dalam lingkungan organisasi yang baru, dalam hal ini internasional NGO, akan merupakan lesson learned yang teramat berhaga, tidak hanya bagi kekayaan pengalaman individunya, tetapi juga pengalaman dan nilai tambah buat organisasi yang ditinggalkanya untuk sementara. Apalagi perannya yang dimainkan sebagai konsultan atau advisor, jelas akan mewarnai arah kebijakan organisasi tersebut. International NGO mempunyai keuntungan ganda memperkejakan orang Aceh, tidak hanya mempunyai tenaga kerja yang mempunyai skill dan keahlian dalam bidang yang diperlukan, namun juga mempunyai staf, konsultan, advisor, manager yang lebih tahu persoalannya. Walaupun international staf mempunyai tingkat kemampuan adaptasi dan proses belajar yang tinggi, lokal staf tetap mempunyai keunggulan dalam hal membangunan masyarakat Aceh yang madani dan bermartabat. Mereka yang lebih tahu dari pada pendatang.
Tantangan utama adalah bagaimana lokal staf dan lokal NGO bisa lebih berperan, baik dalam hal setting agenda maupun upaya-upaya pengkristalan dan penguatan kembali nilai nilai dasar masyarakat Aceh yang islami, tidak mudah menyerah, kristis, “ngotot” dalam memperjuangkan dan mepertahankan harkat martabatnya hidupnya sebagai manusia. Saya berharap musibah tsunami dan banyaknya staf lokal NGO bekerja di internasional NGO, semangat membangunan civil society tetap membara.
Asnawi.Abdullah@gmail.com
2 Comments:
an inspiration for the readers, including me.
kagum dgn crita itu pak .
succes selalu buat bapak !
salam kenal aja bang asnawi..what a great leader character u go..selamat berkarya Bang...
Post a Comment
<< Home