Wednesday, May 24, 2006

Between Monash, LSE and LSHTM





Sedang menulis model answer for subject statistics for evaluation health economic yang akan di uji pada tanggal 12 June jam 14.30, tiba-tiba saya teringat beberapa hal yang pernah saya pelajari dulu di Monash university. Disana aku sudah pernah ambil mata kuliah statistics, mulai dasar sampai advanced. Sekarang ketemu lagi dengan statistik. Sebenarnya, bukan karena itu wajib, namun karena aku suka saja dengan statistik. Aku yakin itu akan berguna buat aku untuk mengajar statistik. Namun kali ini aku merasa agak berat dengan model kuliah di LSE, dan kemudian ingin membandinkan plus dan minus pendekatan yang diterapkan oleh Monas university, dengan LSE dan LSHTM, dua instituasi punya international reputasi. Saya rasanya, kita-kita yang punya perhatian khusus dalam ekonomi dan social science, hampir dipastikan kita tahu reputasi LSE, sekelas dengan Oxford and Harvard. Hal yang sama dengan LSHTM, hampir semua yang punya minat dalam bidang public health dan tropical diseases, pasti dengan mudah menyebutkan LSHTM adalah salah satu institusi yang terbaik di dunia, sekelas Johns Hopkins University dan Harvard. Di Europa, LSHTM pasti yang teratas. Kebanyakan kita punya impian untuk kuliah di LSE dan LSHTM. Impian aku sekarang terwujud, lebih senang lagi, aku bisa mengecap kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Ya, jadi student di LSE dan sekaligus jadi student di LSHTM. Lima subjects (Health Economic, Statistical Health Economic, Cost Effectiviness Analysis, Health System, and Health Policy) aku tekuni di LSE dan 3 Subject (Principle Social Research, Qualitative Methodology and Analytical Decision Making) aku ambil di LSHTM.

Lalu apa bedanya?
Setelah saya jalani dan rasakan. Sungguh berat kuliah di university terkenal seperti LSE dan LSHTM. Terlalu banyak peminat. Akibatnya, beberapa mata kuliah diambil oleh ratusan mahasiswa. Sebenarnya sih tidak ada persoalan dengan number, toh kan ada seminar. Nah disinilah letak persoalannya, di ruang seminar, kita belum tentu mendapatkan profesor yang mengajar di ruang lecture itu berada di ruang seminar kita. Bisa hanya dapat candidate PhD. Tentu ini bukan yang kita harapkan dengan kuliah di university terkenal, di asuh oleh tutor kelas PhD student. Dalam hal ini, rasanya lebih baik kuliah di university kelas biasa, tapi punya profesor di ruang seminar kita.

Hal lain, di LSE, sangat theoritis, saya kasih contoh untuk statistik, fair saya bandingkan, karena saya pernah ambil di Monash, ambil di LSE dan mengikuti cerita teman-teman di LSHTM. Jelas sekali, LSE sangat teoritis, baik bagi kita yang ingin memperkuat landasan theori untuk mengajar atau nulis article atau debat di mailist group. Namun kalau keperluannya practice, bisa diterapkan, belajar banyak case study dan tahu bagaimana apply ilmu statistik untuk memecahkan persoalan, LSHTM adalah jagonya. Sangat practical oriented. Sehingga tidak mengherankan kalau banyak student dari NGO dan banyak menarik praktisi untuk memperdalam ilmunya.

Satu lagi, bila kita kurang mandiri dalam hal belajar, banyak mengantungkan diri pada kuliah dan dosen, mungkin saya ingin mengatakan bahwa LSE bukanlah tempat yang bagus untuk belajar. Namun tentu cukup bagus buat CV anda, jebolan LSE.


Cukuplah, belajar lagi..

woensdag 24 mei 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home